REGGAE!
IDENTITAS DAN MUSIK PEMBEBASAN
Reggae,
bagaikan kata emas yang bisa membakar semangat ribuan anak muda Indonesia saat
mendengar kata itu dilontarkan kepada mereka. Dewasa ini, reggae tumbuh sehat
di tanah air, terutama bagi kalangan anak muda di Jakarta dan luar ibu kota.
Reggae merupakan pilhan musik utama yang didengarkan selain musik pop yang
disediakan oleh industri musik Indonesia.
Euforia
reggae semakin besar di tanah air yang bisa mengambil momentum besar dengan
siring mendunianya reggae yang diminatai ratusan ribu orang di Eropa, Jepang,
dan Afrika. Konon, tokoh terbesar reggae, Bob Marley, pernah pentas di Milan,
Italia di depan seratus ribu penonton. Reggae terus berkobar semngatnya dan
bersinar semakin terang gemilang hingga saat ini.
Bagi
sebagian, musik reggae adalah musik pembebasn, musik perlawanan yang disebut
rebel music. Namun bagi sebagian yang lain, musik reggae asyik untuk
didengarkan dan dimainkan. Beberapa orang juga mengatakan bahwa reggae adalah
identitas, reggae adalah jiwa dan nafas kehidupan, dan reggae bisa membentuk
dan menentukan sikap. Bahkan bagi beberapa orang, reggae mampu mengubah mindset
dan pandangan hidup seseorang. Apapun itu, tidak ada yang bisa menutup telinga
dengan semakin berkembangnya reggae.
Pandangan
masyarakat awam, atau terkadang komunitas reggae di Indonesia sendiri, reggae
disimpulkan dan disalah-artikan sebagai musik pantai dan pohon kelapa. Musik
yang tak terlalu memikrkan ke mana hari esok dan masa depan yang tak punya
arah. Namun di balik semua rasa dan pandangan itu, reggae memiliki sejarah dan
pesan yang dalam. Reggae tercipta dari bagian sebuah budaya. Ia memiliki tujuan
dan nilai-nilai yang mulia, ia tercipta di sebuah pulau kecil wilayah Karibia
bernama Jamaika.
Negeri
Jamaika yang populasinya tidak melebihi penduduk Jakarta telah menyebarkan
produk ekspor terbesarnya dalam bentuk musik reggae hampir ke seluruh dunia.
Hal ini akan mustahil jika tidak ada sosok musisi besar yang kini dikenal
sebagai Bob Marley. Atas jasa-jasanya irama musik negerinya dikenal puluhan
juta jiwa di bumi.
Sosok
Bob Marley pun menjadi simbol pembebasan pada mural-mural jalanan dan
karya-karya seni rupa di berbagai negeri. Tentunya sangat sedikit atau hampir
tak ada yang tidak setuju bila Bob Marley dinyatakan sebagai seorang legenda.
Bob Marley sosok yang sangat inspiratif bagi musisi reggae dan genre lainnya.
Guna
memahami pesan yang tertanam dalam musik reggae, kita harus menarik benang
merah dan cikal bakalnya di Jamaika. Musik yang dialunkan menjelang detik-detik
kemerdekaan Jamaika dari Kerajaan Inggris. Musik yang disebut mento, calypso,
ska, dan rocksteady adalah musik yang akhirnya membentuk reggae secara dewasa.
Pada Agustus 1962, rakyat Jamaika putus dari belenggu kolonialisme dan ingin
lekas lepas dari bayang-bayang penjajahan Inggris. Dengan cepat, anak muda di
sana menemukan gaya musik pribumi baru dalam alunan irama ska. Bagaikan
soundtrack kemenangan sebuah revolusi, musik ska dan rocksteady menjadi musik
pengiring drhari-hari rakyat Jamaika atas kemerdekaan yang mereka raih dari
kerajaan Inggris.
Sesuai
dengan tarian dan tempo ska yang cepat, enerjik, serta terdengar ceria, ia juga
mencerminkan apa yang Jamaika rasakan saat itu – sebuah keceriaan, harapan dan
kemenangan dalam kemerdekaan terpancar dalam musiknya. Harapan tersebut adalah
sebuah negeri baru akan menentukan nasib sendiri, memiliki identitas sendiri,
atau seperti kalimat Bung Karno, “Berdiri dengan kaki sendiri”.
Namun
nampaknya pemerintah Jamaika tidak secepat tempo ska dan keinginan rakyatnya
untuk memenuhi harapan tersebut, pengangguran dan kemiskinansemakin meningkat.
Tindak kejahatanpun menjadi semacam norma bagi anak muda miskin di Jamaika yang
harus bertahan hidup. Tempo ceoat ska berubah menjadi sedikit pelan menjadi
rocksteady yang sebetulnya bersiap untuk bermetamorfosis dalam bentuk reggae.
Lagu ska dan rocksteady yang awalnya mengisahkan pesta, tarian, dan asmara,
perlahan berubah menjadi lirik yang bertema serius seperti kehidupankeras para
rudebwoy, kata untuk preman atau pemuda kriminal dalam bahasa Patwa Jamaika
(Jamaican Patois).
Seiring
meningkatnya pengangguran, kriminalitas, dan kemiskinan terutama di Kingston,
ibu kota Jamaika, ada kelompok di pedesaan Jamaika yang menyatakan dirinya
sebagai sebuah pergerakan, “order”/ordo, atau sebuah pergerakan bangsa kulit
hitam. Pergerkan ini tidak menginginkan kursi kedudukan dalam perpolitikan. Ia
pun tidak menginginkan hidup seperti warga Jamaika lainya. Pergerakan ini
memisahkan diri dari kota dan memtuskan hidup di pedesaan. Agraria adalah
sumber kehidupan agar pergerakan ini terus bertahan. Bagi yang belum pernah
melihatnya, mereka akan terkesan aneh dan tidak wajar. Dalam pergerakan ini
mereka memakan apa yang ditumbuhkan dan meminum apa yang disediakan oleh alam.
Ditengah pulau Jamaika yang jauh dari
negeri Afrika, terdengar nyanyian dengan sebuah kata di dalamnya, “Etiopia!!!”.
Bagi rakyat setempat yang melihat pergerakan ini, menganggap bahwa mereka
adalah orang gila, sedangkan rakyat Jamaika di pedesaan tersebut menyebutnya”black
heart man”. Mereka yang dari pergerakan ini dianggap harus dijauhi dan ditakuti
karena mereka mebawa rasa “dread” atau rasa takut. Merekapun mengibarkan
bendera yang memiliki tri-warna (merah,emas,hijau). Kini, kita sudah mengenal
sebutan bagi mereka bahwa yang rambutnya seperti tali disebut rambut
dreadlocks. Sang Rastaman seperti sosok mistis dari dunia lain atau dari dunia
yang terlupakan, ialah Rastaman, ialah pergerakan Rastafari, ialah the Ras
Tafari Movement. Seluruh pengikut pergerakan tersebut dicap sebagai kriminal
karena tidak ingin hidup di dalam sistem yang tertata oleh Jamaika.
Kebetulan
atau takdir yang telah ditentukan oleh sang Ilahi, sang Rastafari mengasuh dan
menanam bibit-bibit filosofinya di dalam musik reggae. Musik yang telah
berkembang dari ska dan rocksteady ini tidak jelas siapa sosok yang
melahirkannya. Dikatakan pionir musik ska, skataliteslah yang menciptakan irama
reggae di dalam lagu “Rock Fort Rock”. Adapun kata reggae sendiri berasal dari
Toots Hibbert, pimpinan Toots & the Maytals. Ttots Hibbert me;njelaskan
bahwa kata reggae berasal dari Shregge yang kurang lebih berarti kasar.
Bukan satu sosok saja yang
menciptakan reggae, melainkan rakyat Jamaika yang menciptakan sebagian dari
budayanya. Kerna itu reggae adalah sebuah kebudayaan yang menemani kehidupan
sehari-hari. Irama reggae yang diciptakan oleh rakyat Jamaika diasuh dan
dikembangkan filosofinya oleh pergerakan Rastafari. Sang Dreadlocks Rastafari
bersuara kepada rakyat miskn di daerah kumuh Jamaika agar tidak putus harapan.
Rastafari mengajarkan bahwa jawaban dari keresahan kehidupannya ada di dalam
sosok Haile Selassie, Kaisar Etiopia yang telah diprediksi oleh Marcus Garvey,
pahlawan nasional Jamaika pada tahun 1920-an. Rastafari berkata bahwa martabat
bangsa kulit hitam akan dikembangkan oleh sosok sang Kaisar Etiopia bahwa
keadilan universal akan ditegakan di mana sebuah bangsa tak akan lagi tertindas
oleh bangsa yang lain. Rstafaripun mengajarkan kepada rakyat miskin Jamaika
bahwa mereka bukanlah orang Jamaika tertapi orang Afrika yang berasal dari
titisan kerajaan, Kerajaan Etiopia. Rastafari mengganti bendera Jamaika dengan
bendera Etiopia, yaitu merah, emas, hijau dengan lambang Lion of Judah pada
bagian tengahnya. Kini menjadi identik dengan sebuah image reggae. Bob Marley
diyakini sebagai Duta Reggae pertama bagi negerinya, Jamaika. Namun dibalik
itu, ia seorang yang memiliki fondasi kokoh bahwa Afrika adalah tujuan
utamanya. Ia selalu berangan akan kembalinya Afrika yang bergelora semangatnya
dan menerangi dunia.